.

.

Senin, 28 Maret 2011

All Things Have a Reason

Yak, kita kembali lagi di Nowhere FM bersama saya Joan Alaska yang guaanteng pastinya. Setelah tadi kita denger request lagu, sekarang kita masuk ke sesi curcol ya. Yang mau pesan, kesan, atau curhat boleh langsung telepon ke sini. Wah, langsung ada yang nelpon yah. Halo? Dengan siapa, darimana? Boleh langsung aja curhat, oke.

Namaku Alexa. Kata orang-orang, aku cantik, supel, pintar, dan ramah. Aku seorang gitaris. Aku memilih jalur idealis, maka dari itu aku tak memiliki band tetap. Tapi aku sangat beruntung karena aku selalu menjadi additional guitarist band yang sudah lumayan berpengalaman. Sebagai seorang perempuan, mungkin aku terlihat cuek. Gaya hidupku santai dan tak banyak ambil pusing seakan tak ada masalah dalam hidup, kata orang sih pembawaanku yang seperti itu membuatku terlihat cool dan tentu saja membuat orang penasaran. Banyak lawan jenis yang tergila-gila padaku. Entah kenapa aku merasa aku tak pantas diperlakukan seperti itu. Aku senang, tapi aku benci mereka. Ya, aku biseksual.

Semua bermula dari empat tahun yang lalu, di saat aku masih seorang gadis lugu yang mulai tertarik untuk belajar gitar. Awalnya aku memang belajar akustik, tapi lama-kelamaan aku menemukan yang pas dengan jiwaku : gitar elektrik. Kenapa harus gitar? Haha. Aku merasa kharisma-ku terpancar saat aku memainkan alat musik itu. Dan jika aku sedang menunjukkan skill gitaris-ku, akan ada banyak cewek yang berdecak kagum melihatku. Pasti mereka akan selalu ingin dekat denganku. Akan terdengar sedikit aneh jika kalian tak menyimak ceritaku dari awal, karena cewek-cewek pada umumnya malah akan bertingkah lebih manis untuk merebut perhatian lawan jenisnya.

Saat itu aku masih berumur 15 tahun. Cukup belia untuk menjadi gitaris handal, tapi itulah aku. Kulit putih, badan mungil, rambut ikal panjang tergerai, sekilas orang melihat pasti takkan percaya bahwa aku seorang gitaris. Karena itulah ada seorang cowok yang sangat agresif mendekatiku. Aku yang dulu baru mengenal jatuh cinta, menganggap cowok itu sangat baik dan perhatian. Ya, dia memang baik, sebelum dia merusakku.

Sejak dulu aku tak pernah memiliki teman dekat sesama jenis, karena aku tak pernah nyambung jika ngobrol dengan mereka. Fashion, kecantikan, dan….. cowok. Hewan jenis apa lagi itu? Bokongku gatal jika mendengar kata itu. Kenapa harus membicarakan tentang makhluk yang satu itu selama lebih dari separuh hidup kita? That’s not funny. Jika teman-teman cewekku sedang curhat tentang hal-hal ke’cewek’an, biasanya aku hanya senyum-senyum. Atau, aku beranjak pergi sambil beralasan bahwa aku harus briefing dengan teman-teman band-ku. Walaupun tak ada yang ku anggap sebagai teman dekatku, ada beberapa teman cewekku yang merasa aku adalah tempat curhat terbaiknya. Mereka bilang, nasehat atau pendapatku sangat dewasa dan menyejukkan mereka. Hubungan mereka dengan pacarnya pun menemukan titik terang setelah mereka mencurahkan isi hatinya padaku. Ya walaupun sampai saat ini percintaanku sendiri malah tak pernah baik.

Tiga tahun hubunganku dengan pacar pertamaku itu berlangsung tak terlalu mulus. Dia selalu memarahiku, terutama saat aku akan manggung. Kenapa? Karena sebagian besar teman band-ku adalah cowok. Pacarku itu pun tak sungkan untuk berbuat kasar padaku. Terkadang aku spontan menangis setelah dia kasar padaku, dan dia selalu minta maaf dengan sangat memelas. Aku ini orang baik, aku tak mudah tersinggung. Aku selalu memaafkan orang yang berbuat salah padaku, walaupun dia tak minta maaf sekalipun. Yaa meskipun masih ada sedikit kesal, aku pasti maafkan dia. Terutama pacarku itu, yang permintaan maafnya sudah tak bisa dihitung lagi dengan jumlah jari tangan ditambah jari kaki atau dibandingkan dengan jumlah fret gitar sekalipun. Aku terlalu sayang dia sehingga aku selalu memaafkannya. Selama tiga tahun itu, kami tak pernah putus-sambung dalam hubungan tapi hubungan kami selalu diwarnai perseteruan dan kebahagiaan yang sama besarnya.

Ternyata memang benar bahwa waktu bisa merubah segalanya. Tiga tahun adalah waktu yang sangat cukup untuk merubah Alexa sang Gitaris lugu menjadi seseorang yang kehilangan arah hidup. Aku yang dulu dan sekarang masih sama : cantik, pintar, gitaris handal, baik. Semua orang tau itu. Tapi aku sudah bukan Alexa yang dulu. Aku makin cuek dengan keadaan sekitar, terutama aku menjadi sangat sakit hati dengan cowok. Hmmmm, aku memang masih tertarik dengan mereka. Tapi sekarang aku sudah tak pernah bisa membedakan manakah cinta yang dulu selalu aku agung-agungkan kesuciannya. Pacar pertama dan yang ku anggap terakhir dalam hidupku itu sudah menodaiku, dan yang paling sakit adalah ketika dia lebih memilih perempuan lain. Sakit. Sangat sakit. Tapi sayangnya, aku adalah wanita yang tegar.

Bagiku, lebih baik ku pendam sendiri semua ini. Aku anggap ini adalah suatu hal yang membentuk kepribadianku menjadi dewasa. Tapi aku kehilangan apa arti cinta yang sesungguhnya. Aku lahir tanpa cinta, hanya nafsu. Aku tau aku tak diinginkan. Kalau boleh memilih juga aku tak mau seperti ini. Orangtuaku selalu bertengkar. Uang, uang, uang. Masalahnya bukan hanya uang yang susah dicari, ayahku tak hanya mencari uang, tapi juga perempuan!! Yang kini aku yakini hanya satu : hanya ada garis tipis antara cinta dan nafsu belaka.

“Jangan jatuh di lubang yang sama.” Kata orang memang begitu, dan aku turuti. Aku trauma dengan hubunganku yang gagal. Sekuat apapun aku mencoba bertahan dan menghilangkan trauma itu dengan cara belajar mencintai orang lain dan membuka hati, aku selalu gagal membina hubungan. Selain karena mereka semua sama belangnya, aku juga takut mereka menghujat kelam masa laluku jika akhirnya mereka tau. Sebelum itu terjadi, lebih baik semuanya ku akhiri saja. Resikonya, aku dianggap sebagai seorang cewek player. Lucu ya.

Sekarang adalah lembaran baru hidupku. Aku tau aku bisa melupakan kelamku. Seperti yang aku bilang, aku wanita yang tegar. Meskipun aku terlihat lemah, tapi di dalam hatiku sangat kokoh dan takkan hancur walaupun masalah hidupku sangatlah berat untuk seorang sepertiku. Aku tak pernah menangisi hal ini. Sekalipun aku menangis, itu bukan karena aku cengeng. Aku menangis karena menangis dalam hati sudah tak memungkinkan lagi. Selesai aku menangis, aku selalu merasa lupa apa yang barusan aku tangisi. Aku selalu berpikir ini tak perlu ditangisi, tapi kadang aku tak kuat juga memendamnya.

Segala sesuatu yang terjadi padaku membuatku menjadi aneh. apalagi semakin dewasa, aku semakin sedikit memiliki teman perempuan. Aku merasa aneh saat memandang atau disentuh beberapa cewek. Dan aku tak merasakan debaran yang sama saat ada cowok tertentu yang menyentuhku, dan bahkan untuk cowok lainnya aku merasa jijik. Tubuhku seperti sudah mati rasa. Saat teman cewekku menangis di pelukanku, perlahan aku merasa berdebar, aku merasa sangat ingin melindunginya, aku ingin….. Aaakh, aku sangat nyaman dengan momen itu. Tapi saat seorang teman lawan jenisku menyentuhku, aku tak merasa berdebar-debar. Saat merasakan keanehan itu rasanya aku ingin membakar tubuhku sendiri. Aku benci! Aku memang diam saja saat dia merabaku. Itu bukan karena aku ingin, tapi karena aku bingung, aku diam karena aku sedang berpikir apa yang sedang terjadi padaku. Mungkin aku merasakan nafsu yang sama, tapi nafsu itu langsung berubah menjadi kemarahan. Dendam dan sakit hatiku yang selama ini tak pernah ku ungkap mendadak muncul ke permukaan, dan itu membuat hatiku sangat terluka. Bukan salah dia. Tak ada yang salah. Yang salah itu aku. Aku memang takkan pernah mengulang kelamku itu, tapi aku tau semua cowok akan seperti itu pada akhirnya. Aku tak pernah menyalahi kodrat mereka sebagai lelaki, tapi aku juga takkan memberikan ‘aset’-ku yang sudah terkikis itu lagi untuk makhluk bernama ‘cowok’. Bukan hanya aku, sebagian besar perempuan pun sama sepertiku. Mereka sakit hati diperlakukan seperti itu oleh cowok, tapi mereka takkan kuasa jika para cowok sudah merayu. Banyak cewek yang bilang, “Cowok itu anjing!”. Menurutku, kalau memang cowok itu anjing kenapa cewek suka memelihara anjing?? Semua ini kodrat, hey para cewek! Aku selalu berpikir, seandainya aku diberi kesempatan untuk jadi seorang cowok, aku pasti akan menjadi cowok yang baik dan aku akan menjaga cewekku dengan sebaik-baiknya. Tapi kenyataannya aku perempuan, aku hanya bisa memandangi cewek yang aku cintai dari jauh, walaupun dia selalu disakiti oleh cowok dan dia selalu menangis di pelukanku, walaupun dia menganggap aku hanya teman terbaiknya karena dia pasti akan menjauhiku jika dia tau aku aneh begini. Setiap dia bertanya tentang pacarku, aku selalu jujur jika memang aku punya pacar, tapi aku jarang bercerita mendetail karena aku malas membahas hubunganku yang tak pernah benar. Semua cowok yang mendekatiku sepertinya menganggap aku hanya mainan. But, I think the opposite : Boys are toys coz they made me like a toys!

Tut-tut-tut.

Halo? Alexa? Tadi darimana ya? Aduh, kok teleponnya putus. Yaudah, kita langsung aja denger request lagu nih dari….., ha? Alexa lagi? Nih dia request lagunya Silbermond yang Die Liebe lässt mich nicht. Aduh apaan dah tuh, ‘nggak ngerti. Trus ada pesen juga nih dari dia, untuk para cowok. “Jika seorang wanita menangis karenamu, tolong jangan menyia-nyiakannya. Mungkin karena keputusanmu, kamu merusak kehidupannya.” Ugh, so sweet. Yaudah, slamat mendengarkan ya pemirsa. Saya juga jadi penasaran nih lagunya kayak apa sih, hehe. Oke oke, jangan ke mana-mana tetep di Nowhere FM bersama saya Joan Alaska!

Tidak ada komentar: